Dalam karyanya yang berjudul Little Prince (1966), Antoine de Saint-Exupery, mengisahkan seorang anak kecil yang suka mengamati orang dewasa. Kata anak itu,“Orang dewasa senang sekali kepada angka-angka. Bila kau katakan kepada mereka bahwa kau mempunyai seorang kawan baru, mereka tak pernah bertanya, “Bagaimana merdu suaranya? Permainan apa yang paling disenanginya? Apakah dia suka mengumpulkan kupu-kupu?” Sebaliknya mereka bertanya,”Berapa umurnya? Berapa orang Saudaranya? Berapa kilogram beratnya? Berapa besar penghasilan ayahnya?”.
Anak itu benar. Orang dewasa memang suka sekali dengan angka dan data. Profesional, mahasiswa, dosen, kalangan perbankan, pegawai pajak, sampai seorang pria yang sedang jatuh cinta berusaha mencari tahu kapan tanggal lahirnya, itu pasti. Kisah Little Price ini mengingatkan saya pada presentasi mahasiswa yang seringkali membawa angka-angka (data) untuk menguatkan argumentasinya. Mereka mengolah, mengasah, dan mengemas data mentah itu dengan grafik, tabel, atau gambar. Sayangnya, kalau saya perhatikan, masih banyak mahasiswa saya yang “kurang pas”. Yang sering terjadi, tidak ada hubungan antara data dengan gambar (chart). Misalnya, datanya menunjukkan pertumbuhan jumlah pemakai internet di Indonesia, namun teknik visual yang dibuat berbentuk pie chart (bagan berupa lingkaran). Alhasil, visualnya jadi tidak berbunyi, bahkan bisa membingungkan.
Berikut ini adalah tips agar data bisa sesuai dengan gambar:
Pertama, gunakanlah bar chart atau column chart (bagan batangan atau bagan kolom) jika hubungan antar datanya itu berupa ranking, persamaan, korelasi, atau perbandingan. Pendeknya, chart ini biasanya berfungsi untuk menunjukkan perbandingan (comparison) antara satu variabel dengan variabel yang lain.
Kedua, gunakanlah line graph (grafik yang berupa garis) atau bisa juga column chart, jika hubungan antar datanya berupa pertumbuhan, fluktuasi, atau pertambahan/pengurangan. Fungsi chart seperti ini digunakan untuk menunjukkan perubahan (change) antara satu variabel dengan variabel yang lain.
Ketiga, gunakanlah pie chart jika datanya menunjukkan angka persentase atau pembagian (share). Pie chart yang berbentuk lingkaran ini, cocok dipakai jika datanya menunjukkan hubungan (relation) antara suatu bagian dengan bagian lain secara keselurahan. Lagi pula, bentuknya juga sederhana dan efektif.
Keempat, gunakanlah scatter diagram, jika ada suatu variabel yang menunjukkan korelasi positif atau negatif dengan variabel lainnya. Atau, bisa juga variabelnya itu tidak menunjukkan hubungan apapun dengan lainnya. Scatter diagram ini biasanya dipakai jika ada plot-plot kecil yang menunjukkan data riset tersebut. Lalu, dari plot-plot ini ditarik suatu garis yang akhirnya membuat plot tersebut jauh lebih gampang untuk dimengerti.
Kelima, gunakanlah peta (map) jika datanya berupa nama-nama daerah, atau jika ingin menggambarkan peta persaingan pertempuran antara satu jenis produk.
Keenam, gunakanlah diagram jika datanya berupa struktur organisasi atau datanya menunjukkan adanya “proses” antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Terakhir, selalu saya ingatkan kepada Saudara, data mentah itu ibarat mutiara. Asahlah data-data tersebut menjadi lebih informatif.
BONUS : Kumpulan Humor Gus Dus
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kami Siap Melayani Anda sebagai
Inhouse Training Provider
Hubungi kami BF Institute – Your
Success Solution
Inhouse and Public Training
Division
(+62) 85640262068
kami siap proposal, eproposal ataupun
presentasi
training semarang dotcom
———————————————————————————————————————
Kunjungi Blog Kami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.