Pendatang baru di dunia bisnis media ini membuat langkah besar. Dalam waktu bersamaan ia masuk ke Republika, Golf Digest, dan Videotron. Sebelumnya ia telah memiliki Radio One di Jakarta dan Medan. Beberapa langkah lagi, ia memiliki stasiun televisi.
Di kalangan pebasket nama Erick Thohir tidak asing lagi, karena ia termasuk orang yang berjasa ikut mengurus basket dengan serius di Indonesia. Olahraga ini digemarinya, kendati ia merasa bukan orang yang bertubuh tinggi.
Usianya masih muda bagi kebanyakan pebinsis sukses di Indonesia. Kita bisa menyebut bahwa kemampuan bisnis Erick belum teruji karena usianya yang muda itu. Tetapi, kalau melihat track record-nya menjalankan bisnis, anggapan itu bisa diabaikan.
Ia memulai bisnis usia 23 tahun, masih sangat muda. Setelah menyelesaikan sekolah bisnisnya di Amerika, Erick diminta orang tuanya membenahi bisnis keluarga, restoran Hanasama yang terkenal itu.
Ia ditempatkan sebagai manager. Di sini bakat dan kemampuannya bulai kelihatan. Ia membenahi beberapa bagian dari Hanamasa yang tidak efisien dan tidak efektif. Ia berhasil menghapus mark up dan menciptakan harga yang pantas dalam pembelian, menjaga mutu. Setelah itu selama dua tahun ia membangun system baru di bisnis keluarga ini.
Hasil jerih payanya kelihatan dalam pembukuan. Semula, tahun 1993, restoran ini hanya mempunya 2 cabang. Pernah membuka cabang lain, tapi sebagian tutup lagi. Sekarang, jumlahnya cabangnya sudah 11, termasuk yang terbaru di Medan. Penjualan perusahaan dalam setahun sudah mencapai Rp 20 miliar.
Setelah itu, ia membangun bisnis sendiri bersama teman-temannya di bidang pertambangan batubara dan kapur. Tambangnya berada di Sumatera dan Irian Jaya.
Bisnis medianya dimulai dari radio. Ia membeli Irama Suara Indah, dan menggantinya menjadi radio one. Sekarang sudah ada dua radio one: di Jakarta dan Bandung.
Yang membuat Erick menggeluti media lebih dalam lagi dimulai 18 Oktober 2000: ada tiga proposal di mejanya tentang Pengembangan Republika, Majalah Gofl Digest, dan Videotron di depan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Ketiganya diambilnya.
Sejak saat itu, Erick langsung memiliki Group media yang disebutnya Indopacmedia.
Ke depan, Erick mempunyai mimpi membangun bisnis televisi. Ini hal yang wajar, sebab semua pebisnis media, cita-citanya adalah memiliki televisi siaran. Ia tidak buru-buru dan grasa grusu masuk ke TV, kendati ia memiliki kesempatan untuk itu. Ia memegang prinsip bisnisnya: harus diberi kesempatan mengelola manajemennya. Artinya, ia ingin mengusai 51% saham.
Soal Republika, kendati ia menyebut ada unsur gambling, tetapi perhitungan bisnisnya tetap dominan. Bukti gampangnya, hanya dalam beberapa bulan, Erick mampu mencetak (potensi) laba Rp 1 milyar tahun ini (dalam delapan bulan sudah mencapai Rp 750 juta).
Langkah besarnya di Republika adalah mengajak pengusaha di daerah menerbitkan Republika di daerah masing-masing. Modalnya patungan. Isinya, berita nasional dari Jakarta, berita lokal dari daerah. Ini model kerjasama di bidang media cetak, suratkabar di Indonesia.
BONUS : Kumpulan Humor Gus Dus
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kami Siap Melayani Anda sebagai
Inhouse Training Provider
Hubungi kami BF Institute – Your
Success Solution
Inhouse and Public Training
Division
(+62) 85640262068
kami siap proposal, eproposal ataupun
presentasi
training semarang dotcom
———————————————————————————————————————
Kunjungi Blog Kami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.