Training Marketing HandalTraining MotivasiTraining OutboundJual Kayu Khusus FirewalkTraining Entrepreneur

Kamis, 21 Februari 2013

Gesture: Yang Boleh dan Yang Tidak Oleh: Rhenald Kasali

Dalam film, kita bisa melihat dalam ungkapan bahasa tubuh yang kuat seorang aktor. Charlie Chaplin, pelawak film bisu, bisa membuat penonton terpingkal-pingkal hanya dengan mimik mukanya. Kita juga ingat dengan Robert De Niro, bintang film yang dijuluki bunglon karena bisa memerankan berbagai karakter orang,. Ia bisa menjadi pendeta (dalam Sleepers), tokoh mafia yang sadis (mendapat Oscar dalam Godfather, part II), mafia yang stress (dalam Analyze This), petinju (Raging Bull) atau sopir taksi (Taxi Driver). Christine Hakim, dalam Daun Di Atas Bantal yang disutradarai Garin Nugroho, juga bisa mengekpresikan sebuah wajah yang sedang menangis, tanpa air mata, tanpa suara, tapi penonton tahu betapa menyayat tangisannya.
Bahasa tubuh tidak hanya penting dalam dunia panggung. Dalam melakukan presentasi, kita juga harus bisa mengungkapkan pesan-pesan komunikasi lewat mata atau sebagian anggota tubuh kita. Pengungkapan pesan seperti ini lazim disebut gesture.

Seperti pesan visual, pesan gesture biasanya juga kaya dengan makna. Kita bisa “membaca” bahasa lawan bicara kita dengan bahasa tubuhnya dan memberikan respons sehingga terjadi interaksi simbolik.

Sebagai orang yang mengenal Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Saudara mungkin megalami kedukaan yang dalam dan hanya bisa menarik nafas dalam ketika mendengar kepergian beliau ke alam baka. Tanpa sepatah katapun yang terucap, kita semua mengerti perasaan dan bahasa tubuh itu.

“Wah, hebat kau bisa jadi menteri ” kata seorang teman sambil mencibirkan bibir, ketika Saudara diangkat jadi menteri di kabinet sekarang ini. Dari bahasa tubuhnya, Saudara mungkin langsung tahu bahwa dia tidak ‘senang’ dengan posisi Saudara sekarang.

Sigmund Freud, bapak psikoanalisa mengatakan,”Tidak ada manusia yang dapat menyimpan rahasia. Jika bibirnya diam, ia berceloteh dengan ujung jarinya; rahasianya membersit dari pori-pori kulitnya”.

Untuk itu, agar kita bisa menjadi aktor panggung (presenter) yang baik, tidak ada salahnya kita memperhatikan tips berikut ini:

Pertama, gunakanlah mata untuk meyakinkan audience. Kata Leonardo Da Vinci, mata adalah cerminan jiwa. Jadi, tatap mata audience sebentar, jangan lama-lama, jangan melotot. Gunakan isi hati Saudara untuk berkomunikasi lewat mata. Yakinkan dengan sorot mata bahwa Saudara menguasai topik yang dibicarakan.

Kedua, gunakan bahasa wajah untuk menyampaikan pesan. Berikan senyum kepada audience. Jangan berkerut dan juga jangan terlalu banyak tertawa, kecuali Saudara bermaksud melucu.

Ketiga, kombinasikan bagian wajah (alis, mata, dan mulut) dengan gerakan tangan yang harmonis dengan tekanan suara. Gerakan tangan yang tidak dibuat-buat (alami) akan membuat lebih percaya diri, karena Saudara terlihat bisa menguasai keadaan.

Dan berikut ini adalah tips yang tidak boleh dilakukan:

Pertama, dalam banyak hal, janganlah menaruh kedua tangan di pinggang. Apalagi jika presentasi di hadapan bos atau klien. Saudara akan terlihat seperti guru SMA yang sedang marah-marah kepada muridnya.

Kedua, janganlah menaruh kedua tangan di belakang punggung. Ini mengingatkan kita dengan pihak militer atau polisi yang mengadakan upacara kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus.

Ketiga, janganlah terus menerus memasukkan kedua tangan ke saku. Mengapa? Karena akan timbul kesan tidak siap, tidak pede, dan tidak peduli dengan audience.





---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kami Siap Melayani Anda sebagai Inhouse Training Provider
Hubungi kami BF Institute – Your Success Solution
Inhouse and Public Training Division
(+62)  85640262068
kami siap proposal, eproposal ataupun presentasi
———————————————————————————————————————

Kunjungi Blog Kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.